Sepertinya Ngawi punya strategi guna mendongkrak produk lokal utamanya batik yang sampai saat ini belum dikenal kalayak luas utamanya masyarakat Ngawi sendiri. Dalam beberapa hari lalu Bupati Ngawi, Ir H Budi Sulisyono, sengaja memanfaatkan momen temu kangen dan halal bihalal yang bertempat dihalaman pendopo Wedya Graha, Kamis (1/9), sengaja menghadirkan para pengrajin Batik asli Ngawi.
Batik merupakan salah satu warisan
slot gacor hari ini dari kebudyaan asli Indonesia Dewasa ini. Pemerintah baru-baru ini giat mengkampanyekan memakai pakaian batik sebagai identitas nasional. Para siswa sekolah pada bulan Mei yang dimaknai sebagai hari kebangkitan nasional diwajibkan untuk memakai baju batik, bahkan beberapa seragam kedinasan pemerintah diwajibkan memakai batik dengan corak tertentu. Sehingga boleh dikatakan pemakain batik tidak hanya identitik mau ke pesta saja, tetapi juga biasa di pakai untuk kegiatan sehari-hari dan modelnya pun sudah banyak di modifikasi serta variasi menurut pemakainya sesuai seleranya.
Beberapa kerajinan produk lokal khususnya batik tulis dengan motif gringsing dan sidomukti dari Desa Banyubiru merupakan corak yang cukup diminati pengunjung. Para entrepreneur yang asli dari daerah Ngawi tampak tertarik hasil kerajinan produk lokal tersebut. Untuk kategori ekonomi dipatok 60 ribu perlembar.Standar 125 ribu perlembar sedangkan kalangan atas dipatok mencapai 250 ribu perlembar